12 Faktor Penyebab LGBT (Bahayanya dan Cara Mencegah LGBT)

LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Istilah LGBT ini sebenarnya sudah dipakai sejak lama, yaitu pada 1990- an.

Adapun kaum LGBT ini sendiri sudah ada dari zaman dahulu, seperti pada zaman Nabi Luth, dimana kaum LGBT saat itu terkena bencana yang sangat dahsyat di kampungnya, dimana pada saat itu penduduk sekampung merupakan pengikut LGBT.

Adapun di Indonesia, akhir-akhir ini sedang hangat membahas tentang LGBT. Sebenarnya dahulu masalah LGBT pernah dibahas di Indonesia, yaitu ketika munculnya peristiwa pembunuhan berantai yang disertai mutilasi dilakukan oleh seorang gay, yang memutilasi pada pasangannya yang masih sesama jenis.

Banyak sekali dari elemen masyarakat yang mengecam dan menolak doktrin LGBT karena dinilai sangat jauh dari budaya Indonesia, serta sangat tidak sesuai dengan ajaran agama.

 Istilah LGBT ini sebenarnya sudah dipakai sejak lama 12 Faktor Penyebab LGBT (Bahayanya dan Cara Mencegah LGBT)

Faktor atau penyebab seseorang cenderung untuk menjadi bagian dari LGBT

1.Pergaulan yang Sembarangan
Jika kita pernah mendengar ungkapan bahwa “berteman itu harus dengan siapa saja”, maka ini adalah ungkapan yang salah dan berbahaya.

Kalau yang dimaksud adalah berteman dengan tidak memandang kekayaan, fisik dan semacamnya, maka ini benar.

Namun jika digeneralisir bahwa berteman dengan siapa saja, yaitu boleh berteman dengan orang yang baik maupun orang yang buruk, maka hal ini menjadi masalah.

Berteman dengan orang buruk, maka keburukannya akan berdampak pada diri Kita. Oleh karena itu, dalam bergaul tidak boleh sembarangan, harus pandai dalam memilih teman yang pantas untuk dijadikan teman.

Seseorang dengan pergaulan yang sembarangan, bisa terkena resiko menjadi seorang LGBT, terutama untuk orang yang masih polos dan belum bisa dengan baik membedakan yang benar maupun salah, maka perlu diawasi pergaulannya.

Tanpa pengawasan yang baik, dikhawatirkan seorang remaja akan ikut ajakan teman sebayanya untuk masuk ke dalam kegelapan dunia LGBT.

2. Akhlak dan Moral yang Rendah
Guru, keluarga dan teman-teman akan sangat mempengaruhi pembentukan akhlak dan moral seseorang. Moral dan akhlak yang ada pada diri seseorang bisa menjadi faktor risiko seseorang terkena perilaku LGBT.

Orang-orang yang memiliki akhlak dan moral yang rendah maka akan cenderung kepada penyimpangan, salah satunya LGBT. Para koputor, penjahat, pencuri, perampok adalah orang-orang yang memiliki moral rendah.

Akhlak dan moral yang rendah lambat laun akan membuat sebuah bangsa hancur. Termasuk LGBT, cepat atau lambat bisa membuat sebuah bangsa melemah dan hancur.

Membangun karakter manusia dan akhlaknya yang baik, tanggung jawab utamanya adalah dari orang tua dan gurunya. Membangun karakter bukanlah pekerjaan yang ringan, selain pendidik harus mengetahui nilai-nilai moral yang baik, juga kondisi lingkungan harus kondusif (mendukung).

Kondisi problematika masyarakat yang kompleks sekarang ini, juga kemajuan di berbagai bidang tekhnologi, ekonomi, dll justru semakin menggerus nilai-nilai akhlak dan moral manusia menjadi rendah.

Kehidupan manusia semakin amburadul, serta gaya hidupnya tidak punya kontrol dan standar hidup yang tidak jelas. Hal ini mengapa manusia di jaman sekarang sering mengalami galau, yang akhirnya kesulitan untuk berpikir jernih, hingga akhirnya menjadi penyebab seseorang terjatuh ke dalam perbuatan LGBT yang jauh dari norma masyarakat.


3. Kecanggihan Teknologi yang Disalahgunakan
Di zaman dengan kecanggihan teknologinya ini, selain memiliki dampak positif juga terdapat dampak negatifnya, terutama untuk para anak muda yang masih labil.

Kecanggihan teknologi justru digunakan untuk hal negatif, banyak contoh yang bisa diambil dimana teknologi canggih justru menjadi penyebab berkembangnya hal yang buruk, seperti maraknya penyebaran VCD atau video yang berbau pornografi, yang sangat mudah diakses.

Hal inilah yang mengakibatkan banyak orang (terutama anak muda) menjadi menyimpang perilakunya, termasuk terkena prilaku LGBT.

Para aktivis LGBT juga memanfaatkan kecaggihan teknologi berupa internet untuk menyebarkan prilakunya. Hal ini yang membuat tidak sedikit orang yang awalnya “normal”, menjadi menyimpang orientasi seksualnya karena terkena kampanye dari kaum LGBT.

Sehingga, untuk para oang tua harus berhati-hati terhadap aktivitas anak dalam menggunakan intenet, karena betapa sering ditemukan konten yang buruk di internet, yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

4. Pendidikan Keluarga yang Buruk
Bentuk pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya mempunyai pengaruh yang besar, bahkan pengaruh yang terbesar. Kesalahan pendidikan orang tua kepada anak bisa berakibat fatal, salah satunya yaitu sang anak menjadi cenderung mengikuti prilaku LGBT.

Orang tua yang belum bisa untuk menjaga hubungan yang baik dengan anak, maka hal ini berbahaya. Anak tidak lagi percaya pada orang tuanya, sehingga berbagai pengaruh buruk dari luar bisa masuk ke dalam jiwa anak, sedangkan orang tua tidak mampu untuk memperbaiki anak.

Kesalahan orang tua lainnya yaitu tidak memperdulikan dengan siapa anak bergaul, hal ini bisa membuka resiko anak akan bergaul dengan pengikut LGBT.

Kesalahan lainnya, yaitu orang tua yang terlalu mengidam-idamkan untuk ingin punya anak laki-laki atau perempuan, akan tetapi takdir berbicara sebaliknya.

Keadaan sepert ini bisa menjadi masalah, dimana anak dibuat cenderung untuk memiliki sifat seperti yang diinginkan orang tuanya. Maksudnya anak laki-laki dididik layaknya anak perempuan (karena orang tua mengiadamkan ingin punya anak perempuan), dan sebaliknya.

Kesalahan lainnya yaitu orang tua yang terlalu berlebihan dalam mengekang anak, ternyata hal ini bisa berdampak buruk dimana anak justru bisa terjerumus anak ke jalan yang salah.

Tidak adanya pendidikan agama ternyata bisa menyebabkan seorang terjerumus ke dalam prilaku LGBT.

5. LGBT Bukan Kesalahan Genetis, Tapi Gagal Psikoseksual
Sebuah acara di Papua Barat yang bertema peran praktisi pendidikan dalam menangkal virus LGBT di kalangan pelajar. Seminar ini dilangsungkan di STAIN Sorong, Papua.

Seorang narasumber bernama dr. Farida Fauziah menjelaskan bahwa asal mula LGBT terbentuk bukan karena faktor genetis, melainkan karena terjadinya kesalahan pada pengembagan psikoseksual, yang terus berpengaruh pada usia dewasa.

dr. Farida menjelaskan bahwa kejadian kelainan genetis yang berakibat pada prilaku LGBT, kejadiannya sangat langka.

Justru dr. Farida menekankan bahwa bahwa terjadinya prilaku LGBT karena adanya pengaruh lingkungan dan induksi sosial, yang mengakibatkan seseorang pada usia dewasa mengalami kegagalan orentasi seksual yang sesuati fitrahnya.

Fase dalam perkembangan psikoseksual, yang merupakan fase seorang anak mencari sosok figur, jika terjadi kesalahan dalam masa ini, bisa sangat mempengaruhinya saat masa dewasanya kelak.

Adapun sekarang ini perilaku LGBT sudah ada terlihat pada mereka yang masih duduk di bangku SMP. Tahun 2035-2045, Indonesia merupkan negara yang memiliki masa depan berupa pemuda produktif, jika LGBT menyerang kalangan muda dan anak-anak saat ini, kondisi ini dapat membahayakan Negara.

loading...

6. Hilangnya Peran Seorang Bapak di Keluarga
Elly Risman, MPsi. Seorang psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, menjelaskan bahwa tidak sedikit orangtua yang melakukan kekeliruan dalam mengasuh anak laki-laki. Mengapa anak laki-laki? Karena banyak penelitian telah menemukan bahwa otak kiri laki-laki secara umum lebih kuat dibanding otak kiri wanita.

Anak laki-laki seringkali mengalami salah asuh akibat minimnya kehadiran sang bapak di dalam kehidupannya guna mengembangkan otak kirinya tersebut.

Dimana seringkali seorang bapak sangat sibuk dengan pekerjaan, sehingga sangat minim memiliki waktu berkualitas bersama keluarga.

Menurut Elly, kondisi sekarang ini peran seorang bapak semakin tidak terlihat dalam pengasuhan anak.
Adapun di masa lampau, kondisinya para bapak masih memiliki banyak waktu bersama keluarga.

Contohnya bapak dari Elly Risman ini. Beliau menceritakan bawha sang ayah bekerja tidak jauh dari rumah sehingga memiliki banyak waktu berkualitas bersama anak.

Oleh karena itu, sangat diharapkan agar para orangtua berusaha untuk menyediakan waktu berkualitas untuk bermain dan berinteraksi bersama anak-anak.

Elly Risman juga menyebutkan bahwa kebanyakan orangtua sekarang ini cuek, cenderung kurang peduli atau tidak ngeh terhadap kondisi anak-anak mereka sendiri.

Hal inilah yang mengakibatkan para anak, utamanya anak laki-laki menjadi lemah kemampuannya dalam BMM. Yang dimaksud BMM oleh Elly Risman adalah Berfikir, Memilih, dan Mengambil keputusan.

Sehingga karena minimnya peran orang tua dalam pendidikan anak, terutama sang bapak yang terlalu sibuk bekerja. Elly Risman menjelaskan bahwa hal ini berakibat pada lemahnya kemampuan seorang anak maupun remaja lemah dalam berfikir, memilih, dan mengambil keputusan.

Hal inilah yang menyebabkan seorang yang telah masuk usia remaja (bahkan juga anak-anak) semakin beresiko terjatuh ke dalam dunia LGBT.

Contoh lainnya, yaitu jika anak lelaki sering berinteraksi dengan Ibu, tetapi sangat jarang berinteraksi dengan bapaknya. Seperti anak lelaki terbiasa ke mana-mana bersama ibu dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan sang ayah.

Misalnya saja sering menemani ibu ke salon. Kondisi semacam ini menyebabkan anak menjadi tidak punya model identifikasi untuk menjadi seorang lelaki sejati. 

7. Terlalu Bebas Menggunakan Gadget
Kondisi yang juga dapat memicu seeorang tumbuh menjadi cenderung LGBT, yaitu akibat banyak orangtua banyak yang masih belum tahu tentang dunia gadget, smartpone, tablet, laptop ataupun komputer.

Dimana remaja laki-laki merupakan sasaran yang paling utama untuk dimasukan pornografi ke dalam pikirannya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pada masa sekarang, masalah ini umumnya berawal dari kesalahan dalam penggunaan gadget.

Apabila orangtua dan orang-orang yang berperan dalam dunia pendidikan melakukan pembiaran terhadap penyalahgunaan gadget, maka hal ini bisa sangat berbahaya. Seorang remaja nantinya akan “dijejali” dengan konten pornografi yang akhirnya semakin beresiko masuk ke dalam dunia LGBT.

8. Faktor Trauma
Orang orang yang sewaktu kecil pernah mengalami insiden yang buruk berupa korban perilaku penyimpangan seksual. Hal ini membuatnya ketika dewasa bisa cenderung menjadi seorang LGBT.

Depresi hingga trauma akibat seorang diperkosa oleh sesama jenisnya ataupun lawan jenisnya akan menjadi kegelapan dan trauma panjang di dalam dirinya. Oleh karena itu penting bagi pemerintah untuk berusaha dan bersungguh-sungguh untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual.

9. Kurang Pemahaman Agama
Dalam sebuah acara yang diselenggarakan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Kotabaru.
Kapolres Kotabaru, Kalimantan Selatan, Ajun Komisaris Besar Polisi H Suhasto mengatakan bahwa minimnya pengajaran dan pemahaman tentang agama mengakibatkan mudah masuknya prilaku LGBT, terutama ke kalangan anak-anak muda.

Dibutuhkan adanya pemahaman agama yang baik, sehingga segala bentuk penyimpangan seperti LGBT dan lainnya dapat diredam dan tidak menyebar, terutama di generasi-generasi muda.

Jika orang tua dan pendidik mengabaikan tentang pengajaran dan pemahaman agama yang benar, hal ini berdampak pada generasi muda yang sangat rentan terjatuh ke dalam prilaku LGBT.

LGBT sangat berbahaya karena banyak yang mengemasnya menjadi seakan-akan sebuah gaya hidup yang lumrah. Padahal keberadaan LGBT sangat membahayakan sebuah negara, karena keberadaannya akan menggrogoti potensi anak-anak muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa yang produktif.

Agama Islam dan semua agama tidak membenarkan perkawinan sesama jenis kelamin. Hanya saja sampai saat ini, hanya umat Islam yang bersuara lantang untuk menentang LGBT.


10. Banyak Pihak Yang Masih Berdiam Diri (Cuek)
Sebuah fenomenya yang menyedihkan bahwa di TV ditayangkan sebuah karakter seorang pria yang berbicara dan bersikap kemayu, baik itu dibuat-buat ataupun sungguhan. Menyedihkan karena banyak pihak yang menganggapnya hal biasa.

Hal ini menjadi pertanda buruk, terutama untuk penonton TV di kalangan anak muda. Disadari atau tidak, jika tayangan model sepeti itu terus-menerus disuguhkan, seperti suguhan tayangan yang mengandung prilaku LGBT, maka sangat dikhawatirkan akan ditiru dan dipraktikkan oleh anak-anak muda penerus bangsa.

Seorang pedangdut yang terlahir sebagai pria dengan inisial SJ, terkena jerat hukum karena telah melakukan perbuatan kejahatan yang bersifa pelecehan dan berbau LGBT. Selain itu, bukan tak mungkin SJ akan memperoleh sanksi sosial karena apa yang telah diperbuatnya sangat memalukan.

Hal yang membuat sedih adalah LGBT masih belum masuk ke dalam jangkauam hukum. Pelaku LGBT masih bebas berkeliaran untuk mempropagandakan prilaku LGBT ke banyak orang, terutama anak-anak muda penerus bangsa.

11. Propaganda LGBT Didukung Oleh Lembaga Internasional
Tindakan dan perilaku oknum pedangdut SJ telah membuat keresahan di masyarakat karena tindakan, yang memalukannya. Pro dan kontra muncul, tentunya komunitas LGBT tidak akan diam untuk melakukan pembelaan terhadap LGBT.

Kampanye LGBT yang sangat gencar tidak lepas karena adanya dana dan dukungan penuh dari lembaga internasional, karena itulah mereka sangat berani mengkampanyekan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan nilai yang ada pada masyarakat Indonesia.

Gerakan LGBT global mulai memperoleh kesempatan “emas” untuk menyebarkan prilakunya pasca keluarnya putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat yang isinya bahwa melegalkan perkawinan sejenis di seluruh negara bagian AS pada 27 Juni 2015.

Amerika Serikat menyusul Prancis, Vietnam, Jerman dan Israel sebagai negara yang melegalkan keberadaan LGBT. Sontak kontroversi bermunculan di berbagai penjuru dunia.

Marck Zuckenberg, seorang pemilik situs media sosial Facebook, mendukung gerakan LGBT dengan memberikan fasilitas foto profil dengan imbol warna komunitas LGBT.

Dunia juga digemparkan dengan hasil referendum di Irlandia. Negara Irlandia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Katolik, hasil referendum memutuskan agar melegalkan status perkawinan sejenis.

Propaganda  LGBT sangat massif yang disuarakan sejumlah tokoh dan LSM dari dalam negeri maupun luar negeri.  Bahkan sebuah lembaga di bawah naungan PBB yaitu UNDP, ternyata membuat sebuah program untuk mempromosikan LGBT di banyak negara.

12. Pelaku Propaganda LGBT Melakukan Strategi Play As Vicitim
Waspada dengan taktik playing as victim dari kaum LGBT. Hingga saat ini kaum LGBT terus menggunakan taktik ini, mereka membuat sebuah opini bahwa kaum LGBT adalah kelompok yang tertindas.

Sehingga kaum LGBT memposisikan dirinya seakan-akan diintimidasi dan mendapatkan kekerasan. Yang harapannya agar memperoleh simpati publik.

Dimana mereka ingin memasukan pemikiran kepada publik, agar publik memiliki persepsi bahwa kaum LGBT terzalimi. Dengan taktik ini mereka menuai simpati publik, walaupun tidak semuanya termakan oleh propaganda tersebut.

Bahaya LGBT
Penyebaran LGBT sudah terlihat jelas, seperti pembawa acara yang tampil kebanci-bancian, acara TV menampilkan sosok laki-laki yang gayanya lemah gemulai, sehingga memberikan sebuah kesan bahwa banci merupakan suatu hal yang biasa.

Selain itu, terselip sebuah pesan yang mengerikan dari propaganda ini, jika ingin terkenal maka caranya dengan berperilaku menjadi banci.

Hal ini membuat orang-orang yang sering melihat tayangan tersebut, terutama untuk para pemuda yang menjadi harapan bangsa, akan terkena dampaknya.

Acara-acara LGBT akan sangat merusak mental. Dimana generasi muda adalah pemimpin bangsa masa depan, dan menjadi harapan bangsa. Apa jadinya jika negeri tercinta ini memiliki pemimpin masa depan yang merupakan seorang banci.

Ada banyak dampak buruk dari LGBT, seperti dampak sosial, dampak buruk pada pendidikan, bahaya pada keamanan negara, bahkan ternyata kemunculan LGBT akan meningkatkan resiko penyakit seperti HIV, AIDS dan kanker. Penjelasan ini dari sebuah tulisan yang berjudul 9 Bahaya LGBT Bagi Kesehatan & Lingkungan.

Cara Mencegah LGBT

1. Menjaga Pergaulan 
Dimana seorang wanita tidak baik membiasakannya diri berteman dengan kaum laki-laki, karena dampaknya akan mempengaruhi psikologisnya yang nantinya berkarakter dan berpenampilan seperti laki-laki.

Sehingga kondisinya, ketika dalam sebuah keluarga ada banyak anak laki-laki, akan tetapi hanya ada satu anak perempuan. Maka sang ibu harus mengambil peran yang lebih besar, untuk memasukan karakter seorang wanita padanya, sehingga hal ini membuat anak perempuan agar tidak kehilangan jati dirinya.

Ini hanya salah satu contoh cara menaggulangi agar tidak terjatuh ke dalam prilaku LGBT. Intinya, baik laki-laki maupun perempuan hendaknya melakukan pergaulan yang sesuai dengan kodrat atau fitrahnya masing-masing.

2. Tutup Segala Celah Pornografi
Sudah banyak diketahui bahwasanya penyebaran LGBT ini identik dengan sesuatu yang bersifat pornografi. Seseorang umumnya bisa “terjangkit” Pornografi karena penyalahgunaan teknologi seperti gadget dan lainnya.

Penting untuk setiap pihak, baik itu orang tua maupun pihak terkait lainnya mencounter dan menangkal dari dampak buruk penyalahgunaan teknologi ini.

3. Adakan Kajian atau Seminar Tentang Bahaya LGBT 
Anak-anak yang sudah masuk masa SMP dan SMA telah dapat diberikan edukasi dari kegiatan-kegiatan formal seperti seminar dan semacamnya.

Penting untuk segala pihak yang berkepentingan agar mengadakan dan mendorong anak-anak muda untuk mengikuti seminar tentang bahaya LGBT, sehingga mereka bisa lebih mawas diri dari resiko terkena prilaku LGBT.

Sangat diharapkan agar Perguruan Tinggi bisa secara resmi untuk mendirikan pusat kajian dan penanggulangan dari propaganda LGBT yang saat ini masih terus disebarkan dengan gencar.

Aktivitasnya juga termasuk memberikan konsultasi psikologi dan pengobatan untuk mereka yang terkena prilaku LGBT.

4. Peran Media Massa
Sangat diharapkan agar media massa menampilkan sesering mungkin untuk menyebutkan kisah-kisah mereka yang awalnya terkena prilaku LGBT, kemudian bisa menjadi seorang yang normal kembali.

Media Massa hendaknya membangkitkan rasa optimisme pada orang-orang, bahwa mereka yang menjadi korban LGBT, ternyata bisa disembuhkan.

5. Peran Pemerintah
Pemerintah diharapkan melakukan peninjauan peraturan perundang-undangan untuk mencegah terjadinya hubungan seksual yang sejenis, dan mencegah penyebaran pornografi secara umum.

Pemerintah dan DPR perlu untuk segera membuat peraturan untuk mencegah dan menutup celah daru usaha kelompok tertentu yang ingin melegalisasi LGBT, seperti yang terjadi itu dari Amerika dan negara-negara lainnya.

Dapat juga masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan, agar peduli pada pemasalahan ini dengan mengajukan gugatan judicial review terhadap pasal-pasal KUHP yang masih lemah dalam pencegahan kejahatan seksual.

Pemerintah bersama masyarakat harus bergerak cepat untuk pencegahan LGBT, serta juga memberikan penyuluhan tentang LGBT.

6. Peran Para Tokoh, Ulama dan Ahli Pendidikan
Masjid-masjid besar diharapkan untuk membuka klinik LGBT, untuk memberikan penyuluhan keagamaan kepada penderita LGBT. Peran para ulama, da’i dan ahli pendidikan sangat penting agar memberikan pendidikan dan nesehat yang ampuh agar para penderita LGBT bisa kembali normal.

Para tokoh yang memiliki pengaruh besar di masyarakat, dapat melakukan pendekatan kepada para pemimpin media massa yang terutama televisi, untuk mendorong agar media massa ikut berperan memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar terhindar dari LGBT.

7. Peran Masyarakat
Masyarakat hendaknya melakukan pendekatan yang baik dan tidak memandang miring para pelaku LGBT, karena bagaimanapun pelaku LGBT merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki hak sebagai manusia. Yang perlu dilakukan adalah menyadarkan para pelaku LGBT dari kekeliruannya.

Orang-orang yang memiliki rezeki lebih bisa memberikan beasiswa secara khusus kepada calon-calon doktor yang menulis disertasi dan bersungguh-sungguh dalam penanggulangan LGBT.

Hal ini nantinya akan sangat membantu masyarakat, agar bisa dengan baik dan benar untuk berhadapan dengan pelaku LGBT, dan menyadarkannya agar kembali menjadi manusia yang normal.

0 Response to "12 Faktor Penyebab LGBT (Bahayanya dan Cara Mencegah LGBT)"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2